WELCOME TO YOUR DIARY. MAY YOU GET WHAT YOU WANT. DO NOT FORGET YOUR COMMENTS CONTENT OR GUEST BOOK. THANK YOU FOR YOUR VISIT ...... Keluarga

Selasa, 02 Agustus 2011

Mengenal Permainan Tradisional

Permainan Tradisional

Mengenang permainan anak yang biasa dimainkan saat masih kecil merupakan kenangan indah yang lucu. Beberapa permainan yang mungkin Anda mainkan saat masih kecil misalnya congklak, gasing, bekel, petak umpet, petak jongkok, gobak sodor, petak benteng, dan masih banyak permainan menarik lainnya. Mari kita telusuri satu per satu permainan tradisional yang mungkin kita mainkan saat kanak-kanak.


Congklak

Permainan congklak menggunakan papan permainan yang memiliki 14 lubang dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar. Dimainkan oleh 2 orang. Satu lubang induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya terletak di ujung lainnya. Di antara kedua lubang induk terdapat 2 baris yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang jumlahnya 14 lubang.

*
Cara bermain:
Tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari kerang atau plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong. Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang dan menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya searah jarum jam. Masing-masing lubang diisi dengan 1 biji. Bila biji terakhir jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di lubang tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Jangan lupa untuk mengisikan biji ke lubang induk kita setiap melewatinya. Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu diisi.

Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata saat biji terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti giliran untuk lawan kita. Bila lubang tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk kita.

Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada di lubang induk kita. Dimulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk, bila tidak mencukupi maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh diisi.


Gasing

Gasing menggunakan mainan yang terbuat dari kayu berbentuk kerucut dan tali.

*
Cara bermain:
Memainkannya adalah dengan memutarnya, dengan cara melilitkan tali pada ujung kerucut, kemudian dilemparkan ke bawah sampai tali tertarik dan gasing berputar. Lemparan juga boleh diarahkan ke gasing lain agar terjatuh. Dibuat lingkaran untuk arena melemparkan gasing. Gasing yang berputar tidak boleh keluar dari lingkaran tersebut. Gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya.


Bekel

Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan.

*
Cara bermain:
Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali.

Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji.

Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil. Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.


Petak Umpet

Petak umpet dimainkan oleh banyak anak.

*
Cara bermain:
Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari tiap orang yang bersembunyi.

Bila telah menemukan orang yang bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga. Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari.

Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan menutup matanya kembali pada benteng dan anak-anak lain membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam posisi kalah dan permainan dilanjutkan.


Petak Jongkok

Petak jongkok dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan alat bantu.

*
Cara bermain:
Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok. Tetapi, anak yang terakhir jongkok berarti akan menjadi pengejar menggantikan pengejar yang lama. Begitu juga dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya.


Galah Asin atau Gobak Sodor

Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin) ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang dan diberi garis di dalamnya.

*
Cara bermain:
Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang jaga, permainan dapat dimulai. Anggota tim jaga harus menjaga di masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. Tim yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga.

Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. Bila berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. Tim yang tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah yang mengumpulkan nilai paling banyak.


Petak Benteng

Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim.

*
Cara bermain:
Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon, tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh, mereka dapat kembali ke benteng masing-masing.

Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya.


Taplak

Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.

*
Cara bermain:
Tiap anak mengambil batu kecil dan berusaha melemparkan ke arena, mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke dalam kotak-kotak tersebut. Setalah berhasil sampai ujung, anak akan berusaha kembali ke tempat asal, sampil memungut batu miliknya pada kotak sebelum kotak yang terdapat batu miliknya. Giliran akan berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah melemparkan batu.

Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung, dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya.


Permainan Tradisional Bermanfaat untuk Anak

Permainan-permainan tradisional memiliki nilai positif, misalnya anak menjadi banyak bergerak sehingga terhindar dari masalah obesitas anak. Sosialisasi mereka dengan orang lain akan semakin baik karena dalam permainan dimainkan oleh minimal 2 anak. Selain itu, dalam permainan berkelompok mereka juga harus menentukan strategi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan anggota tim.

Kendalanya adalah terbatasnya lapangan di kota-kota besar, sementara banyak permainan yang memerlukan arena yang luas. Kendala besar lainnya adalah karena larangan dari orang tua. Mereka takut anak-anak mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di lapangan terbuka. Hasilnya, banyak orang tua yang memberikan mainan elektronik yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang bergerak.

Memberi kebebasan secara seimbang untuk anak bermain bersama teman-temannya dapat memberikan nilai positif. Bermain dapat menjadi sarana belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi, tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain.

Jika Anda belum pernah mengenal permainan tradisional tersebut, coba tanyakan kepada orang tua Anda berbagai jenis permainan yang seru dan bernilai positif tersebut. Jika Anda sering bermain permainan tersebut di masa kecil, ajarkan permainan yang mungkin belum diketahui anak sembari Anda bernostalgia saat memainkan permainan tersebut saat masih kecil. Sesekali Anda juga dapat ikut bermain sehingga hubungan Anda dan anak akan semakin dekat.
Read More...

Tri Mengatasi Selingkuh

Ada pepatah berkata “jika kau ingin merasakan Surga maka menikahlah, sama halnya jika kau ingin merasakan Neraka maka menikahlah”. Kata-kata yang masuk akal di era kehidupan sekarang ini dimana krisis keluarga banyak terjadi dinegara kita sekarang ini. Diawal tahun 2011 ada penelitian yang mengatakan bahwa 80% anak Indonesia berpikiran negative, berpikiran negative sangat luas dan tidak saya jelaskan disini. Saya hanya ingin menunjukan bahwa sebenarnya anak adalah produk dari orang tuanya, jika anak bermasalah maka orang tuanya pasti bermasalah. Produk tidak baik berarti Pabriknya/perusahaannya tidak “beres”.

Go to the topic, selingkuh berarti selingan indah keluarga utuh, setuju? Nggak!!! Ya, maaf saya bercanda. Artikel ini saya tulis karena saya banyak sekali menangani salah satu permasalahan keluarga dan ini adalah masalah serius. Banyak juga rekan yang menghubungi saya melalui email dan tidak dapat saya jangkau (bertemu langsung), saya berharap tulisan ini dapat member manfaat dan mudah-mudahan menjadi solusi dalam urusan yang sarat dengan kata-kata “cerai”.

Sempat saya “share” kan pengalaman ini melalui facebook, dan banyak respon ada yang bilang “hasil perceraian tidak selalu buruk, cerai bukan aib, damai is the best, dll”. Saya hargai semua pendapat dan masukan itu. Tetapi yang ingin saya bagikan, bahwa dari data yang saya pelajari lebih dari 80% perceraian itu sudah ada polanya, maksudnya? Begini, orang yang sekarang bercerai pasti punya keturunan “cerai” dari keluarga terdahulu. Dan istilah kerennya kemudian “imprint” alias cetak ulang (terjadi dalam kehidupan keluarganya sekarang), nah bagi yang belum menikah perhatikan bibit, bebet dan bobot. Ini adalah akarnya, terkadang tidak sampai cerai tetapi sudah selingkuh dan bisa dimaafkan tapi tetep sakit kan? Kenapa orang yang kucintai mengkhianati? Kok bisa mengingkari janji suci pernikahan? Yuk lanjut bacanya, sedihnya nanti saja.

Ada sebuah penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1980 an, ada tahapan usia yang dikenal dengan istilah “middle crisis” yang normal terjadi pada usia 40 – 50 tahun. dalam usia ini dapat timbul adanya kebosanan dalam kehidupan perkawinan, suami telah mencapai puncak kariernya, istri menghadapi atau telah mengalami menopause, pendidikan dan pengasuhan anak makin kurang memakan waktu, sehingga terjadilah banyak perubahan yang mendalam pada motivasi seksual. Seringkali dalam usia ini orang lalu mencari penyelesaian di luar rumah daripada di dalam perkawinan itu sendiri. Lalu munculah istilah “laki-laki semakin kaya dia akan semakin nakal, dan wanita semakin nakal dia akan semakin kaya” hahaha… istilah yang mengelikan dan kritis juga dengan kondisi sekarang.

Seorang psikolog, Paula Hall mengungkapkan mengapa orang memiliki affair. Kenapa Ada Perselingkuhan? Kita bisa mencari banyak alasan untuk menjawab pertanyaan ini. Tetapi biasanya selingkuh adalah tanda adanya keinginan untuk perubahan. Ada sesuatu dalam diri pasangan atau dalam hubungan yang sedang dijalani, tidak sesuai dengan harapan. Dan perselingkuhan memicu perubahan tersebut. Perselingkuhan tidak melulu soal seks. Keintiman yang terjadi antara dua orang dan melanggar kepercayaan pasangannya bisa merupakan sebuah affair. Nah kata kuncinya adalah Perubahan, tidak puas dengan yang sekarang dan ingin perubahan. Tidak puas berarti ada kebutuhan yang tidak terpenuhi bukan? Nah apa saja kebutuhan kita dalam berkeluarga?

Dr. Willard Harley dalam bukunya His Needs, Her Needs: Building an Affair – Proof Marriage, faktor-faktor penyebab terjadinya tindakan selingkuh seperti yang diuraikan di atas oleh Dr. Willard Harley diartikan sebagai tidak bertemunya kebutuhan suami dan istri dalam rumah tangga. Apa saja kebutuhan tersebut?
1. Kebutuhan Istri.
A. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan akan kasih-sayang (affection). Untuk kebanyakan wanita kasih-sayang disimbulkan sebagai rasa aman, rasa terlindungi, rasa nyaman dan persetujuan. Pria perlu memahami bagaimana kuatnya kebutuhan wanita akan perhatian tersebut. Sebagai wanita, kasih-sayang sangatlah penting bagi hubungannya dengan seorang pria.
B. Kebutuhan kedua adalah percakapan (conversation). Seorang istri membutuhkan suami mengutarakan kepada mereka dan mendengarkan mereka, mereka butuh banyak percakapan dua arah (lebih tepatnya lagi wanita lebih ingin didengar). Ketika dua insan menikah, setiap pasangan adalah benar mengharapkan rasa sayang, cinta dan perhatian yang sama seperti sebelum menikah.
C. Ketulusan dan Keterbukaan (honesty and openess) merupakan kebutuhan yang ketiga. Seorang istri butuh untuk mempunyai rasa percaya kepada suaminya secara penuh. Rasa aman adalah kebutuhan yang bersifat umum bagi wanita. Jika suami tidak memelihara ketulusan dan keterbukaan dalam berkomunikasi dengan istri, dia mensiasiakan kepercayaan istri dan seringkali merusak rasa aman istri. Jika istri tidak bisa mempercayai tanda-tanda yang dikirimkan oleh suami, maka istri tidak memiliki dasar untuk membangun hubungan yang mantap.
D. Kebutuhan Istri yang keempat adalah finansial komitmen ( financial commitment). Dia membutuhkan dukungan finansial. Bagaimanapun suksenya karrier yang mungkin dimiliki seorang wanita, dia selalu ingin suaminya untuk menghasilkan cukup uang untuk membuatnya merasakan adanya dukungan dan kepedulian suaminya.
E. Kebutuhan yang kelima adalah komitmen terhadap keluarga (family commitment). Seorang istri membutuhkan suaminya untuk menjadi ayah yang baik dan mempunya komitmen terhadap keluarga. Seorang istri menginginkan suami mereka untuk memegang kendali di dalam keluarga dan menjalankan moral dan pendidikan anak-anaknya.

2. Kebutuhan Suami
A. Pertama adalah terpenuhinya kebutuhan seksual (sexual fulfillment). Sifat istri adalah tidak memahami kebutuhanyang mendalam suaminya pada sex yang lebih dibandingkan sifat suami yang memahami kebutuhan mendalam istrinya terhadap rasa kasih-sayang. Tetapi dua hal (sex dan affection) ini bisa bekerja secara dekat dan bersama-sama dalam kebahagiaan perkawinan. Sex bisa timbul secara alami dan terbuka, jika disana terdapat cukup kasihsayang.
B. Kebutuhan kedua bagi seorang pria adalah kebersamaan dalam berekreasi (recreational companionship). Dia membutuhkan wanita sebagai lawan mainnya.
C. Kebutuhan ketiga suami adalah seorang pasangan yang menarik (an attractive spouse). Seorang laki-laki membutuhkan seorang istri yang terlihat bagus bagi mereka. Dr.Harley menyatakan bahwa dalam hubungan sexsual kebanyakan laki-laki menemukan untuk menghargai seorang wanita tidak hanya pada kualitas didalam diri wanita itu semata, tetapi harus lebih dari itu. Seorang laki-laki membutuhkan ketertarikan secara fisik pula.
D. Dukungan dalam rumah tangga (domestic support) merupakan kebutuhan keempat. Mereka membutuhkan kedamaian dan ketenangan.
E. Kebutuhan yang kelima adalah kekaguman (admiration). Dia butuh istrinya merasa bangga terhadapnya. Seorang istri perlu belajar bagaimana mengekspresikan kebangaan yang dirasakan terhadap suaminya. Kekaguman yang tulus adalah motivasi yang besar bagi seorang laki-laki. Ketika seorang wanita mengatakan pada seorang pria bahwa dia itu menakjubkan, hal ini akan memberikan inspirasi kepadanya untuk melakukan lebih. Dia melihat dirinya sendiri mampu untuk mengambil tanggung jawab yang baru.
Jika beberapa dari lima kebutuhan dasar pasangan tidak terpenuhi, maka orang tersebut menjadi mudah untuk melakukan perselingkuhan. Oleh karenanya , jalan yang terbaik untuk menghindari perselingkuhan adalah dengan memenuhi kebutuhan pasangan dan membuat kehidupan perkawinan menjadi kuat.
Disamping lima hal tersebut, ada dua solusi lagi untuk mengatasi selingkuh dalam rumah tangga yaitu :
1. Success And Happy Program Masalah perselingkuhan merupakan indikasi bahwa anda memiliki masalah dalam keluarga anda yang harus anda temukan solusinya. Mengatasi masalah ini di butuhkan kecerdasan emosional dan kemampuan mengembangkan diri dan pikiran, bahwa segala masalah adalah tanggung jawab kita.
Success And Happy Program adalah program privat therapy bersama saya, dan saya dapat membantu anda memahami alasan-alasan psikologis yang menyebabkan masalah dalam rumah tangga dan menawarkan anda dukungan untuk melalui proses yang sulit tersebut.
2. Buatlah diri anda menarik Ya buatlah diri anda menarik, saya memiliki cd audio terapi khusus untuk membuat diri anda lebih menarik. Bisa digunakan untuk pria dan wanita. Audio ini akan membantu anda menumbuhkan sifat dan karakter yang unggul, dan Munculnya keyakinan bahwa bahwa diri Anda pantas untuk dicintai, pantas untuk disayangi, pantas untuk disukai, pantas untuk mendapatkan pasangan hidup yang terbaik.
Read More...

Trik Mengubah Pasangan Hidup

Setelah menghabiskan waktu berpacaran, bertunangan dan akhirnya menikah. Adakah hal baru yang kita ketahui dari pasangan kita? Ya, setelah hidup bersama biasanya kita mengenal pasangan kita lebih “asli” lagi. Dari kebiasaannya dan perilaku yang tidak kita ketahui pada saat berpacaran dan bertunangan. Proses ini wajar adanya, karena kita akan mengenali pasangan kita saat kita hidup bersama, dan melihat serta mengetahui hal-hal yang tidak kita ketahui saat belum hidup bersama.

Umumnya, strategi apa yang sering kita gunakan untuk mengajak kerjasama pasangan kita? Ada 4 cara klasik yang sering digunakan. 4 cara ini sering kita ulangi untuk membentuk atau membantu pasangan kita menjadi dirinya yang terbaik, tetapi cara ini adalah cikal bakal runtuhnya rumah tangga, lho? Ya cara ini, pada mulanya digunakan dengan motivasi untuk kebaikan, tetapi hasilnya bisa “blunder” bagi tiap pasangan.

Ke 4 cara itu adalah :
1. Menyalahkan dan Menuduh
Kenapa kamu selalu begitu? Ada apa denganmu sebenarnya? Bisakah kamu melakukan sesuatau dengan benar? Lagi-lagi kamu melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat! Masalahmu adalah kupingmu tidak berguna tau!

2. Memberi Label
Dasar pelupa, bawa karung saja kalo pergi-pergi! Dasar ceroboh, pelan dikit kenapa sih! Hei, tukang dandan, 5 menit ngga selesai aku tinggal!

3. Mengancam
Kamu sentuh HP ku lagi, kamu akan rasakan akibatnya! Habiskan atau kamu tidak sarapan lagi besok!

4. Menguliahi dan Memarahi
Kamu kira itu baik, jika aku sedang telepon sabar kan bisa. Aku kan ngga konsen, sudah gede masak kayak anak-anak gini saja mesti diajarin. Dulu pernah diajarin sopan santun kan? Kamu sudah ngerti kan, kalo kamu bangun kesiangan terus aku yang telat, makanya kalo malem itu tidur ngga usah nonton dvd sampe larut. Sapa yang rugi kalo gini terus?

Kita semua tahu ke 4 jurus diatas pasti berhasilnya jika digunakan dengan tepat terhadap pasangan kita, tapi sayangnya perilaku yang kita harapkan berubah tidak dapat bertahan lama. Tau kenapa? Karena semua dilakukan dengan terpaksa, dan bukan keinginan dari dalam pasangan kita (Inner Motivation), serta perilaku tersebut tidak terulang jika ada pasangan saja. Jika tidak ada pasangan kita maka perilaku lama tetap terjadi.

Apa yang terjadi jika ke 4 cara tersebut digunakan dengan dalih membantu pasangan menjadi pribadi yang baik? Hmm.. pribadi yang baik atau kita yang ngga bisa menerima pasangan kita apa adanya, sehingga dia kita paksa berubah sesuai keinginan kita?

Yah, suasana hati pasangan kita tentu penuh dengan emosi negatif. Sebab hal itu akan memunculkan perasaan–perasaan negatif, harga diri yang rendah, perasaan tidak mampu, tidak penting dan tidak berguna. Lalu, tanpa cinta dan penerimaan dari pasangan maka tidak lama lagi perilaku negatif atau situasi yang tidak kondusif akan terjadi.

Ada cara dengan pendekatan yang baru, bagaimana membuat pasangan Anda melakukan dengan senang hati apapun yang Anda inginkan dari perubahan dirinya, atau apapun demi pasangannya dengan senang hati.

Caranya adalah:
1. Membuat Pasangan Kita Merasa Penting
Semua orang dewasa ingin merasa penting dan ternyata jika memberi mereka kepercayaan dan tanggung jawab, untuk suatu tugas yang menantang pun mereka akan melakukan sesuatu dengan upaya terbaik. Penyebab pasangan kita rentan terhadap perubahan adalah adanya perasaan merasa mereka “kecil” dan tidak penting. Seakan akan mereka adalah pihak yang diinjak-injak, dijajah. Seolah-olah kalah dalam pertarungan.
Contoh: sayang, ini akan sangat membantu jika kamu membantu membersihkan kotoran ini, dan aku tau cuma kamu yang bisa kuandalkan.Honey, aku percaya kamu besok bisa tepat waktu diacara wisuda Doni ya, aku tahu kamu tidak ingin mengecewakan Doni bukan?

2. Bicarakan Perasaan Anda
Seringkali pasangan kita melakukan sesuatu yang salah karena mereka hanya memikirkan diri sendiri dan belum menyadari bahwa tindakan itu berdampak pada orang lain. Umumnya pasangan kita mencintai dan peduli dengan kita. Nah, ketika mereka menyadari betapa mereka telah menyakiti perasaan kita, mereka akan lebih bersedia bekerja sama.
Contoh: daripada mengatakan, Kamu itu gimana sih, kok pulsa telepon tiap bulan naik terus. Boros banget sih! sebaiknya mengatakan, aku yang merasa cemas dan takut, jika biaya bulanan kita selalu terpotong untuk membayar pulsa teleponmu.

3. Jelaskan Masalahnya
Dengan menjelaskan masalahnya pada pasangan kita, justru kita tidak sedang menyerang mereka. Justru kita member kesempatan kepada dirinya untuk berpikir tentang tindakan yang telah dilakukannya. Dengan demikian, pasangan kita akan melakukan suatu kebiasaan baru untuk menyelesaikan masalah.
Contoh: daripada mengatakan, Kamu itu dengar kan, anjing peliharaanmu berisik. Mau menunggu sampai dia mati? Kamu sudah janji mau merawat peliharaanmu itu kan? sebaiknya mengatakan: Say, kelihatannya puppy laper tuh.

4. Memberikan Pilihan
Pada umumnya manusia tidak senang dikendalikan (disuruh-suruh), karena ini mengganggu kebutuhan emosional mereka dalam hal kebebasan. Ketika pasangan kita tidak diberi kebebasan maka ada kecenderungan berontak atau tidak peduli. Dengan memberikan pilihan dan memberikan kekuasaan untuk memilih kepada pasangan kita maka mereka akan lebih kuat dalam melakukan sesuatu atau komitmen pasangan kita jauh lebih kuat untuk melakukan sesuatu yang baru. Trik ini untuk memberitahu mereka tentang konsekuensi pilihan pasangan kita dan itu terserah kepada pasangan kita (membuat mereka merasa penting) untuk membuat pilihan yang tepat.

Contoh: daripada mengatakan, Cepat selesaikan tugas-tugasmu, kita mau pergi kapan jika menunggumu kerja terus!!! sebaiknya mengatakan, Kapan tugasmu selesai? Kasihan Doni yang sudah berharap agar dia bisa pergi bersama kita. Aku akan menjadwal ulang kepergian kita dengan saudaraku saja jika hal ini terulang lagi, Linda anak kakakku akan menjadi teman yang baik bagi Doni, jika kamu memilih lambat menyelesaikan pekerjaanmu.

Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat untuk membantu kita semua untuk mewujudkan pasangan yang ideal dan keluarga yang harmonis, serta mudah sekali mencintai pasangan kita jika kita tahu caranya. Bagikan cara ini pada rekan dan orang-orang terdekat anda, sehingga kita hidup dilingkungan yang lebih baik dan harmonis.
Read More...

Misteri Kehancuran Nilai Anak

Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah itu bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah itu bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah apakah Anda pernah punya masalah seperti ini? Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak Anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin Anda bisa memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, Anda pasti mulai jengkel pada anak Anda. bahkan bisa jadi Anda frustasi dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negative.

Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu di rumah, dan kemudian gagal waktu dia ulangan. untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi. Anda pasti bertanya nggak mungkin? Dia cemas dari mana? Kenapa koq dia cemas?

Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya , jadi bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin. Nah Anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika Anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai sesuatu.

Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah Anda pada saat dulu Anda kuliah?mungkin masih SMA bahkan?Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar,hal tersebut. nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi Anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. okey makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “aaahhh” kenapa tidak dari tadi munculnya, Anda pasti menggerutu pada diri Anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?

Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek ?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu nak, apa yang mama / papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi?”. Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya.Tapi kenyataan yang dihadapi lain.

Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”. Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “Saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah, dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak… nilai berapapun saya nggak masalah koq”. Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.

Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak Anda jelek. Karena apa? Sekarang Anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.

Oke, sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisa di sekolah. Misalnya , Ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia, bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang,dan akhirnya ulangannya jelek.

Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya Anda perlu segera minta maaf pada anak Anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?” apapun yang di jawab oleh anak Anda terima apa adanya. Misalkan dia menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu Anda tinggal ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih saying dan untuk di terima apa adanya.

Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkwalitas. Mungkin Anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? besok kalau ulangan kamu sudah siapkan pensilnya/ bolpoint? Buku kamu sudah kamu siapin belum? kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak.

Padahal yang jauh lebih dibutuhkan seorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul Tiga Kebutuhan Emosional Anak dan.. itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkuwalitas pada anak Anda.
Read More...

Emosional Dasar Anak

Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari bahwa anak dan remaja lebih dikendalikan oleh emosi-emosi mereka daripada pemikiran rasional dan logis. Emosi ini menjelaskan mengapa anak dan remaja berperilaku demikian, termasuk perilaku yang merusak diri sendiri. Jadi jika kita ingin memotivasi mereka kita sebaiknya memahami emosi yang mengendalikan mereka, dan memanfaatkannya untuk mengarahkan perilaku dan pemikiran yang lebih memperdayakan.

Berikut adalah ketiga kebutuhan emosional anak :
1. Kebutuhan untuk merasa AMAN
Salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan soerang anak adalah perasaan aman. Aman didalam diri dan lingkungannya. Remaja mencari rasa aman dengan bergabung dengan sekelompok “geng” atau sekumpulan teman sebaya mereka, terlibat aturan social diantara mereka, serta meniru perilaku temannya.

Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam bukunya “lima bahasa cinta” mengatakan kita semua memiliki tangki cinta psikologis yang harus diisi, lebih tepatnya jika anak maka orangtuanya yang sebaiknya mengisi. Anak yang tangki cintanya penuh maka dia akan suka pada dirinya sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat diartikan sebagai anak yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.

Perlukah kita mempelajari dan mengetahui tangki cinta? Sangat perlu, saya seringkali merekomendasi para Guru dan orangtua untuk mempelajari dan menemukan bahasa cinta anak mereka, dirinya dan pasangannya. Hal ini akan saya bahas pada artikel berikutnya).

Contoh, terdorong oleh rasa cinta kepada anaknya seorang ibu memarahi anaknya yang sedang bermain computer. “berhenti maen computer dan belajar sekarang” lalu apa yang ada dibenak anak? Mungkin “Hmpf… Ibu tidak sayang padaku, dan ingin mengendalikan aku serta keasyikanku”
Nah, anak menerimanya sebagai hal yang negatif, komunikasi yang menghancurkan rasa cinta ini biasanya yang menjadi akar permasalahan orangtua dan anak, serta guru.

“Mencintai anak tidak sama dengan anak merasa dicintai”

Apa yang menyebabkan kebutuhan akan rasa a0man tidak terpenuhi?
• Membandingkan anak dengan saudara atau orang lain
Ketika kita mengatakan “mengapa kamu tidak bisa menjaga kebersihan kamar seperti kakakmu”,” kenapa kamu tidak bisa menulis serapi Rudi”.

Akan tumbuh perasaan ditolak, tidak diterima, mereka akan berpikir “papa/mama lebih suka dengan …..”. hal ini menumbuhkan sikap tidak suka dengan dirinya sendiri dan ingin menjadi orang lain. Mereka merasa aman dengan menjadi orang lain, bukan merasa aman dan nyaman menjadi dirinya sendiri.

• Mengkritik dan mencari kesalahan
Ketika kita mengatakan: “dasar anak bodoh, apa yang salah dengan mu? Kenapa kamu tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar?”
Dapat dipastikan, akan menimbulkan perasaan dendam, tidak ada rasa aman dilingkungan rumah (jika hal ini sering terjadi dirumah).

• Kekerasan fisik dan verbal
Saya rasa tidak perlu dijelaskan lagi, hal ini sudah banyak kita temui di surat kabar dan berita ditelevisi, dan bahayanya atau akibatnya juga sering kita temui di media tersebut. Jika tidak ada rasa aman dalam rumah, maka seorang anak akan mencari perlindungan untuk memenuhi rasa aman mereka disemua tempat yang salah. Dan anak akan melakukan apa saja untuk mendapatkan rasa aman ini, mencari perhatian dengan cara yang salah.


2. Kebutuhan akan pengakuan(merasa penting) dan diterima/dicintai.
Jarang sekali orangtua membuat anak-anak mereka merasa penting dan diakui dirumah. Sebaliknya banyak orangtua yang membuat anak mereka merasa kecil dan tidak berarti dengan ancaman : “lebih baik kerjakan pr mu sekarang , atau…”

Apa yang ada dalam pikiran anak jika diperlakukan seperti itu? Kita orangtua justru senang jika anak melakukan hal yang kita perintah, tapi yang ada dipikiran anak adalah mereka merasa kalah dengan melakukan apa yang diperintahkan orangtua dengan cara seperti itu. Sehingga banyak anak yang menunda atau tidak mengerjakan apa yang ditugaskan orangtua (bahkan dengan ancaman sekalipun) untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya akan pengakuan .

Peringatan keras bagi orangtua: Jika anak-anak tidak merasa dicintai dan diterima oleh orangtua, mereka akan terdorong untuk mencarinya disemua tempat yang salah.

Keinginan seorang anak untuk diakui dan ingin dicintai begitu kuat, sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Jika mereka tidak mendapat pengakuan dengan cara yang benar maka akan menemukan dengan cara yang salah dan ditempat yang salah. Kebutuhan ini mendorong beberapa anak dan remaja untuk menggunakan tattoo, mengganggu anak lain, bergabung dengan geng pengganggu, mengecat rambut dengan warna menyolok, bertingkah laku seperti badut dan pelawak. Hal ini umumnya menyusahkan mereka sendiri, tetapi demi mendapatkan pengakuan dan diterima (mendapatkan perhatian).

Ada kasus ekstrim pada 16 april 2007, seorang siswa US Virginia Tech, Cho Seng-hui. Menembak dan menewaskan 32 siswa. Apa yang mendorong perilaku tersebut, sehingga dia melakukan hal yang begitu luar biasa gila? Dia melakukan hanya karena kebutuhan pengakuan dan rasa pentingnya begitu besar, tetapi tidak terpenuhi oleh orang-orang yang mengabaikannya dan menghinanya. Hal itu memaksanya keluar dari dunia logika dan merenggut nyawa orang lain serta dirinya sendiri, dalam pikirannya dia berpikir lebih baik mati bersama nama buruk dari pada hidup bukan sebagai siapa-siapa.


3. Kebutuhan untuk mengontrol (merasa mandiri/keinginan untuk mengontrol)
Seiring pertumbuhan anak, sembari mencari identitas diri dan sambil belajar membangun kemandirian dari orangtua . proses ini menciptakan kebutuhan emosional untuk bebas dan mandiri.

Jadi itu sebabnya anak tidak mau didikte untuk apa yang harus dilakukan. Mereka merasa tidak “gaul” mendengarkan orangtua. Dengan mendengarkan nasihat orangtua mereka seakan diperlakukan seperti anak kecil. Ini menjelaskan mengapa anak lebih mendengarkan teman mereka dan om/tante (paman/bibi) yang masih muda dari pada orangtuanya sendiri.

Orangtua yang cerdas, tidak akan menyerah menghadapi hal ini. Bagaimana caranya memberikan arahan, dan agar anak mau mendengar orangtua? Gunakan komunikasi yang tidak bermaksud memaksa anak dengan nasihat kita. buatlah seakan-akan mereka belajar dan bekerja keras untuk diri mereka sendiri bukan untuk kita. mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi dengan cara seperti itu. Dan yang terpenting adalah memenuhi tangki cinta anak kita setiap hari dan memastikan selalu penuh saat bangun anak bangun tidur dan menjelang tidur. Dengan begitu anak tahu siapa yang paling mengerti dan sayang , serta kepada siapa dia akan datang pada saat membutuhkan seseorang untuk mendengar, yaitu kita orangtuanya.

Ambilah manfaat dari informasi ini, kenali kebutuhan emosi anak kita. pekalah dimana saat anak membutuhkan penerimaan, kebutuhan untuk mengontrol sesuatu, serta butuh untuk aman. Gunakan kata-kata yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, berikut tips dan cara memenuhi kebutuhan emosi dasar seorang anak :

1. Rasa aman:
• Tenang sayang kamu aman bersama papa, mama akan temani kamu, hey… papa disini bakal jaga kamu sayang.

2. Rasa penerimaan/ dicintai:
• biasakan menatap mata saat berbicara pada anak ,usahakan tatapan mata adalah datar atau “mata sayang.
• sentuh bagian bahu saat berbicara atau bagian manapun asal sopan, untuk menunjukan bahwa kita ada bersama dan dekat dengan anak
• usahakan sejajar (berdiri sejajar dengan anak/berlutut).
• Katakan: apapun yang terjadi papa/mama tetap sayang sama kamu, kamu tetap jagoan papa/mama, dimata papa/mama kamulah yang paling cantik.

3. Kebutuhan untuk mengontrol:
• Jika memungkinkan, jika anda melihat anak anda perlu untuk melakukan sesuatu sendiri maka ijinkanlah. Sebenarnya itu adalah proses belajar untuk dirinya sendiri dan akan sangat bermanfaat dimasa dewasa.
• Harga diri anak akan semakin tinggi, jika kita rajin memberikan kontrol kepada anak, karena anak merasa mampu melakukan kegiatan tanpa bantuan. (tentunya kegiatan yang aman sesuai dengan kebijaksanaan orangtua)
• Luangkan waktu khusus untuk beraktivitas dan memberikan kontrol dan mengawasinya dengan kasih saying, misal : anak umur 2-3 tahun minta makan sendiri, pergi ke sekolah sendiri, dll.
Read More...

Perlukah Anak Dimarahi

“Saya harus mengajar anak saya dengan keras, supaya tidak seperti banci nantinya. Saya dulu di didik dengan keras oleh orangtua saya dan saya jadi orang yang tegar dan kuat, saya ingin anak saya melalui proses yang sama. Kalau diberi terlalu banyak kasih sayang apa ngga manja? Atau jadi banci?”

Seringkali ini pertanyaan banyak orangtua yang mengikuti seminar dan workshop yang saya berikan. Tema ini begitu penting bagi mereka setelah saya menjelaskan tentang apa itu Tungku Mental (akan saya bahas lain waktu).

Yah, memberikan dan mengajarkan disiplin pada anak memang sebaiknya dimulai sejak usia dini. Seringkali saya mengajarkan pada para sahabat orangtua, agar mereka mendidik dan menanamkan figure orangtua saat anak mereka berusia 3 tahun. Lho?

Begini ilustrasinya, anggaplah didepan Anda ada sebuah monster yang besar, sangat kuat dan tidak mungkin dibunuh. Dan monster ini sangat menyebalkan, serta punya potensi untuk melakukan hal yang sangat mengerikan. Dibunuh? Tidak mungkin, kenapa? Karena itu adalah anak kita saat dewasa.


Ya, para pembaca yang budiman. Banyak kasus yang saya tangani setelah anak-anaknya menjadi “monster”, memukuli orangtuanya dengan sengaja dan tega, mencuri, bertindak kurang ajar dan lain-lain. Jadi, untuk mengatasi hal tersebut apa yang harus dilakukan?

Saran saya:

1. Marah boleh, bahkan memukul boleh. TAPI tidak dilakukan didepan (diawal). Jika kita merasa perlu mendisiplinkan perilaku anak, maka komunikasikan dengan baik. Komunikasikan dengan kata “Minta”, misal: Ani ibu minta mulai besok dan seterusnya kalo pulang sekolah tepat waktu yah.
2. Jika masih dilanggar? Baiklah kita mulai menetapkan aturan yang lebih tinggi. Kita bisa cari barang atau sesuatu kesukaan anak yang jika disita, anak akan merasa tersiksa. Misal: Handphone, mobil-mobilan, dll. “Jika kamu masih melanggar maka mulai besok Ibu akan sita handphone kamu”.
3. Jika masih dilanggar? Kita perlu meningkatkan aturan yang lebih tinggi lagi, misalnya tidak memberikan uang jajan dan anak hanya makan bekal yang telah disediakan dari rumah.
4. Buatlah gradasi atau tingkatannya semakin membuat anak “sengsara”. Tapi satu hal yang perlu diingat, saat kita melakukan point 1-3, kita tetap menghargai anak, bicara dengan sopan dan tatapan mata tetap datar, tidak perlu berbicara dengan kasar. Dengan cara menghargai anak maka anak akan menghargai orangtua. Bahkan jika kita harus marah ataupun memukul, lakukan sebagai senjata terakhir, setelah melalui berbagai tahapan diatas.
5. Dan yang paling penting, ketika menerapkan serta mengajarkan disiplin pada anak perlu sekali bagi kita orangtua mengatakan “Ayah / Ibu sayang sama kamu, kita perlu mendisiplinkan kamu karena …”, pastikan kata-kata itu keluar, untuk membuat harga diri anak tetap baik, serta anak tetap merasa dicintai orangtua.


Atau tips ini bisa Anda gunakan, ini adalah pengalaman pribadi saya dengan anak saya yang tercinta, Joshua. Saat itu anak laki-laki saya berusia 1,8 tahun. Saat itu kami bermain bersama dikamar, kemudian Joshua mengacak–acak peralatan rias mamanya. Ok, kita berdua (saya dan istri) hanya mengamati dia bermain, makin lama semakin banyak barang yang dia turunkan dan sebar ke lantai.

Berkisar 30 menit anak ini mulai bosan dengan mainannya dan hendak keluar dari kamar kita, eitt… “tunggu dulu sayang” kata saya “Daddy minta tolong ini dibereskan dikembalikan ke tempatnya, Daddy dan Mammy akan bantu, mau?” dan dia menolak. Disini saya ingin mengajarkan disiplin pada anak, saya tahu dia belum bisa melakukan hal tersebut dengan rapi tapi perilaku dan kebiasaanya yang ingin kita ajarkan. Singkat cerita dia mulai meronta-ronta minta keluar, nangis keras-keras kurang lebih 15 menit dan saya menanggapinya dengan tatapan mata yang penuh sayang dan datar, serta tetap menemani dalam proses tersebut.

Akhirnya dengan terpaksa anak saya yang tercinta mulai memungut barang-barang yang berserakan satu persatu dan sesuai janji kita (ingat jika berani berjanji maka tepati) kita juga membantunya. Setelah proses selesai, maka saya mendatangi Joshua dan memeluk dia serta berkata “Jo, jika Daddy berlaku seperti tadi artinya Daddy serius sama kamu, ingat ya… (saya ulang 3 kali), I love U Jo” saya kemudian memberikan ciuman di pipinya.


Berikutnya jika saya merasa perlu untuk mengajarkan hal baru dan disiplin kepada Joshua maka prosesnya akan sangat mudah. Jika Joshua mulai merasa “gerah” maka saya cukup mengatakan “Jo, Daddy serius sama kamu” (dengan nada yang datar dan mata saya menatap datar) maka seketika itu pula ia melakukan dengan sukarela. Saya tidak perlu marah-marah apalagi sampai memukul. Tetap perlu memberikan cinta sepenuhnya dalam kehidupan tiap anak, agar dia mampu mengartikan segala didikan kita dengan arti cinta dan sayang orangtua kepada anak.
Read More...

Cara Mengendalikan Anak

Banyak orangtua dan guru yang mengikuti seminar saya berkomentar “Oke, teknik yang Anda berikan untuk mengatasi problematika anak sangat bagus. Tapi, saya tidak yakin bisa menerapkan apa yang telah Anda ajarkan” lalu tanya saya “Apa sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana mengkomunikasikan pada mereka ?”.
Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada cara bagaimana mengendalikan perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang harus Anda pahami dahulu.

Banyak dari orangtua dan guru bertanya dalam pikiran mereka sendiri :

* Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya?
* Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (guru dan orangtua)
* Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun sudah diingatkan berkali-kali?
* Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna?

Nah, pertanyaan utama : bagaimana mengendalikan perilaku dan pemikiran mereka?
Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.

Dalam kondisi emosi yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan nasehat bahkan titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda hasilnya jika kita mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi mereka terlebih dahulu maka mereka akan terbuka dan mendengarkan saran logis dari kita. Anak –anak dan remaja akan melakukan sesuatu jika membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau hatinya.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan belajar bersama, bagaimana reaksi kita dalam menghadapi masalah anak. Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak kepala kita umumnya ada 3 hal, yaitu :

1. Memberi Nasihat, misal: “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita pada umumnya “apa-apaan kamu ini sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berantem”
2. Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”
3. Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya “dasar anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas disekolah”.

Setelah melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu ruang pun untuk mengakui perasaan atau emosi anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan masukan tanpa mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya perasaan apa yang terjadi pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih marah dan benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua nasihat-nasihat maksud baik kita tidak akan digubris, malah akan di “gubrak”.

Cara terbaik untuk mengendalikan anak kita adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri. Caranya adalah:

1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.

Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi dukungan emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.

Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”

2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.

Nama Emosi dan Makna-nya :

1. Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
2. Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
3. Takut - Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
4. Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
5. Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
6. Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
7. Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
8. Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
9. Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
10. Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
11. Depresi - Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan

Baiklah kita mulai dengan satu kasus, jika anak Anda datang kepada Anda dan berkata “Joni tidak mau bermain bola dengan ku” apa jawab Anda? “Sini main sama papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau ya sudah.. maen sendiri saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban klasik, dan memang dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya ada Emosi apa dibalik kata-kata anak tersebut? Betul!! KECEWA, KESEPIAN, nah kalau begitu responnya bagaimana? “Hmm.. nak kamu pengen banget ya maen sama Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen main ya?” lalu tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang lebar, kemudian solusi sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa yang bisa Papa/Mama bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide lain?” Biarkan anak memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel diatas dan gunakan untuk berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang dialami anak.

Dengan turut mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak untuk terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara orangtua dan anak akan terbentuk dengan baik.

Sampai kini, kita telah belajar bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada kita, betul? Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita mendengar dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut anak (jika anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah Papa/Mama usul?” setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda rasa paling mujarab. Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua, kita tahu jika anak memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua) dengan nilai, norma yang berlaku di lingkungan sosial maka kita bisa “menggiringnya” dengan mudah karena langkah 1 dan 2 sudah dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang sopan dan tetap menghargai anak.

Pintu gerbang kekerasan hati anak akan terbuka lebar saat kita mau menerima dan mengerti anak kita, dan anak akan mempersilahkan kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ditempat itulah kita dapat meletakan pesan, arahan dan masukan positif bagi kebaikan masa depan anak.

Saya paham cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas untuk meningkatkan kualitas keluarga butuh waktu. Ada namanya “waktu tunggu” untuk suatu hasil yang istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang kita mau untuk keluarga kita?
Read More...